Hujan selalu datang ketika resah menghujam.
Secangkir kopi hangat dan bacaan berkelas ,tak bisa mengantikan keabuan awan mendung yang seakan paham rasa getir, yang terus menerus mengelitik ulu hati hingga nyeri.
Sesungguhnya aku tak tau mengapa begini?
Semua tampak biasa saja, tidak ada goresan apalagi pecahan.
Kenyatannya adalah aku terlalu takut untuk menyerahkan diri bahwa kalah adalah keadaan ku.
Maka, kutitipkan salam pada hujan serta gemuruh nya.
Agar sampai dihalaman mu.
Menyentuh pagar rumah seakan ku mengetuk..
Menetes dipekarangan seakan ku sedang duduk..
Bergemuruh diatap rumah seakan ku sedang berbicara.
Kini, hujan adalah jelmaan ku.
Yang selalu ada, ketika kau pulang,
ketika kau terpaksa meneduh,
ketika kau menyeruput kopi,
ketika kau tidur dalam kenyenyakan panjang.
Tapi, Jelmaan ku seribu kali datang bergerombol menyerbu mu disana.
Di kesepian tempat kau pulang
Komentar
Posting Komentar